Seekor kucing menapaki jalanan yang
basah terkena hujan
Berjalan santai, bukan berjalan
sambil berjinjit
Seakan-akan jalanan kering seperti
saat musim kemarau
Bahkan, kucing yang takut air pun tahu bahwa hujan adalah anugerah-Nya
Pukul 17 sore, hari Senin
jalanan begitu padat
Mobil dan motor memenuhi ruas jalan
di kedua sisi
Klakson berteriak-teriak dengan
lantangnya
Seakan suara milik mereka lah yang
terbaik
Lewat 10 menit, air menetes dari langit
Pengendara motor mulai panik
Lewat 15 menit, air yang menetes
mulai mengajak kawan-kawannya untuk turun
Pengendara motor mulai kehilangan
jati dirinya
Kolong tol, istilah yang biasa kita
gunakan untuk menyebutkan tempat tinggal kumuh, mulai disesaki banyak orang
Dari gerobak yang bobrok, hingga
motor yang harganya melebihi harga diri pemiliknya, memenuhi kolong tol
Air
Hujan
Mereka takut air hujan
Di kala gersang, mereka berharap
hujan
Di kala hujan, mereka berharap
gersang
Ternyata, manusia yang katanya berakal pun tidak mengenal rasa puas
Tiba-tiba
Seekor kucing kampung
Dengan koreng ditubuhnya
Dengan bulu yang tidak jelas warna
dan motifnya
Berjalan dengan gagahnya di tengah
hujan
Ternyata, kucing pun tahu, apa yang mereka takutkan pun ternyata menyenangkan.
"Hei manusia, aku minum dengan menjilati air
Hei manusia, aku membersihkan
tubuhku dengan cara menjilat
Namun, siapa yang lebih mahir menjilat?
Aku, seekor kucing, atau kau, makhluk Tuhan yang katanya sempurna?"
Namun, siapa yang lebih mahir menjilat?
Aku, seekor kucing, atau kau, makhluk Tuhan yang katanya sempurna?"
Begitu tanya kucing koreng tersebut.
Semarang, 18 Maret 2017
0 komentar:
Posting Komentar